Daun- daun yang mulai berguguran.
Padi di sekelilingku yang terus menari. Sorakan orang-orang tak berdosa yang
terus menghantuiku. Sejuta tatapan bola mata bulat yang menemaniku. Hati yang
seakan hampir lepas. Membuatku terus terbawa dalam kondisi ini. Hanya lorekan
bola hitam putih yang kupegang. Tak ada
lagi Ibu atau ayahku yang selalu menenangkanku di semua waktu. Tak ada lagi
pelukan hangat yang merangkulku. Besi putih persegi panjang inilah yang akan
kuhadapi, dengan jaring bersih yang seakan belum tersentuh lumpur. Aroma ketegangan semua rekanku juga sudah
tercium disini. Kiper lawanpun terus memasang mata tajamnya yang agak sedikit
melirik ke arahku.
Kutaruh bolaku di rumput hijau
tak bernyawa ini. Memandangi berbagai
sudut besi. Kuambil jarak 5 meter dari teman bulatku ini, tanpa maksud
meninggalkannya. Dengan sepatu kusam yang kukenakan, Kaki ini membawaku menuju
bulatan Hitam putih itu. Kusentuh bola dengan setengah kakiku, dan bola menuju
gawang dengan kecepatan tinggi. Namun, ada hal yang sedikit aneh dari
pertandingan kali ini.
Namaku Havid Adhitama, 15 tahun,
dan sekarang bersekolah di MAN 2 Banjarnegara. Hidup di sebuah Rumah tua
warisan kakek nenek dengan Orang tuaku. Hari-hari selalu kujalani dengan bola
hitam putihku ini. Latihan selama 8 tahun belum bisa membuatku bosan
disampingnya. Tempat latihan bolaku yang tidak jauh mungkin penyebabnya. Lahir
di lingkungan keluarga yang tidak menyukai Bola tetap tak mematahkan semangatku
akan Permainan Bola ini. Untunglah di sekolah baruku ini ada Liga sepakbola,
yang mungkin akan menjadi pembuktian latihanku selama ini. Banyak yang bilang
anak IPA itu gak jago Main bola, dan selalu jadi juru kunci di Grupnya. Mungkin
karena anak IPA itu terlalu banyak belajar, sampai gak pernah ngurusin
permainan Bola seperti ini. Tapi, sepertinya hal itu takkan terjadi pada
klubku. Gabungan antara IPA 3 dan 4, akan menjadikan klubku sebagai sang juara.
Di ligos kali ini, aku memakai
nomor 24 sebagai tanda pengenal tak bernama. Nomor ini yang selalu kusandarkan
di balik kaos tim. Entah mengapa nomor ini selalu menjadi pilihan utamaku.
Memang aku tak pernah memenangkan suatu kompetisipun dengan nomor punggung ini.
Tapi kuyakin, hal itu takkan terjadi lagi. Hal ini bisa kubuktikan dengan
masuknya timku dalam Final pertandingan Ligos ini. Dan final itu terjadi pada
Hari ini.
Mandi menjadi kegiatan awalku
untuk memulai hari besar ini. Fisik juga Rohani sudah di persiapkan secara
matang sebagai penunjang penampilan nantinya. Perjalanku menuju pertandingan
ini memang tak mudah. Tak mengherankan jika juara 1 merupakan keharusan untuk
kucapai. Berangkat sebelum bel sekolah dilantunkan sudah menjadi kewajibanku. Walaupun
pertandingan ini dimulai setelah pelajaran Selesai, tapi apa salahnya untuk
memepersiapkannya sejak awal.
Matahari sudah pada titik
puncaknya, Bel sekolah di syiarkan dengan merdunya yang seakan hanya tertuju
padaku. Tubuh ini langsung saja membawaku menuju tempat puncak atas semua hal
yang pernah kulakukan saat ini. Puncak sebagai pembuktian atas semua kerja
kerasku. Stadion besar terpampang jelas dihadapanku. Tanpa ada suruhan dari
dalam tubuhku, kaki ini sudah membawaku ke dalam Stadion ini. Berjuta pasang
mata mengelilingiku. Hadirnya Orang tuaku membuatku semangatku semakin
menggebu-gebu.
Tak sadar, pertandingan hampir
dimulai. Persiapan sudah ku terapkan dengan matang. Strategi jitu juga sudah ku
sandarkan dengan tepat. Peluit di lantunkan, tanda awal kebahagiaanku dimulai.
Posisiku sebagai pengatur serangan merupakan hal yang harus kuhadapi hari ini. Hingga
tak lama sebelum peluit akhir babak pertama dilantunkan, kakiku sudah bisa mencetak
satu gol bagi timku. Tepatnya di menit 24, atau satu menit sebelum babak
bertama berakhir . dan Sayangnya, itu tak berjalan lama sampai akhir laga ini
memiliki skor 2-2.
Adu pinalti terus memanggil
diriku agar bisa mendatanginya. Ditunjuk sebagai penendang akhir tak membatku
gentar menghadapinya. 3 penedang lawan bisa melakukan tugasnya dengan baik dan
hanya 1 yang berhasil ditepis kiperku. Sementara dari timku hanya ada 2
pengeksekusi yang berhasil menuntaskan tugasnya. Hingga, tiba saatnya Aku utuk
menghadapinya. Kutaruh bolaku di rumput hijau tak bernyawa ini. Memandangi berbagai sudut besi. Kuambil jarak
5 meter dari teman bulatku ini, tanpa maksud meninggalkannya. Dengan sepatu
kusam yang kukenakan, Kaki ini membawaku menuju bulatan Hitam putih itu. Kusentuh
bola dengan setengah kakiku, dan bola menuju gawang dengan kecepatan tinggi. Menghujam
bagian kanan kiper, tanpa bisa kiper itu menepisnya. dan Mungkin Dewi Fortuna
belum datang padaku, Bola itu membentur gawang putih itu tanpa meninggalkan
sedikit sayatan yang menyakitkan.
Semua usaha yang kulakukan selama
ini menjadi sia-sia karena semua hal ini. Raut muka kecewa muncul dari semua
rekan timku. Tak ada lagi trophy yang ku impikan selama ini. Juga dengan kekecewaan
terus menghantuiku tanpa mengenal kata lelah. Memang masih ada rasa sedikit
bangga dengan masuk ke pertandingan final. Tapi, kalah di pertandingan final
lebih mengesankan rasa penyesalan yang lebih berat. Mungkin tahun depanlah
semua keinginanku akan tercapai. Nothing is Impossible. Dan satu lagi, di akhir
pertandingan ini timku kalah 2-4 dari lawan. Apakah maksud ini semua?
Created by: Muhammad Razin
Facebook: Muhammad Razin
Twitter: @muhammadrazin77
Instagram: @muhammadrazin77